Sabtu, 15 Maret 2014

Kepasrahan yang melupakan

Ada banyak hal yang lebih menarik sebenarnya untuk kita pikirkan, rasakan, dengarkan, atau kita saksikan...ada begitu banyak pilihan yang dapat kita ambil sebagai konsekwensi cerdasnya kita sebagai hamba merdeka.

Allah yang maha pecinta...kepada hamba ciptaan atas cintaNYA bersabda pada tahtaNYA..."Aku bagaimana persangkaan hambaKU padaKU..."

image









Membaca dan mendengar keluhan ataupun kesahan sebagian orang terutama sekaitan dengan pemilu baik pemilukada atau pileg...mereka tanpa sadar meminta dan terus menghujat sang pencipta. Naudzubillahi min dzalik.

Apa kata orang pasrah tapi menghujat ini..."Nasib Kita takkan berubah..."

Sepintas kata tersebut begitu sederhana dipermukaan...terlepas dari trauma persepsi atau hembusan busuk pendengki...namun pada kedalaman makna menyiratkan dua hal yang berdampak sistemik dan penuh luka.

Pertama...ada do'a tanpa sadar disampaikan pada sang pemilik arasy Ilahi Rabbi bahwa nasibnya tidak perlu berubah dan dia memilih untuk nasibnya tak perlu berubah. Padahal Sang Maha Kuasa sudah menegaskan tentang hakikat perubahan pada kalam muliaNYA "Sesungguhnya Allah tak akan merubah nasib suatu kaum kalau mereka merubah diri mereka sendiri" (Surat Arra'du ayat 11).

Kedua...ada sumpah serapah tanpa sadar kepada sang pencipta berupa kepatahasaan tentang tak berubahnya nasib yang bersangkutan sehingga alpa untuk memenuhi perintah Sang Khalik untuk memilih pemimpin yang akan mengarahkan mereka pada pemakmuran bumi. Sementara sudah menjadi titah Sang Maha Perkasa dan KekasihNYA Muhammad bahwa memilih pemimpin seiman wajib hukumnya...entah kalau kita memang para pendusta ayatNYA...?

Lantas...untuk sampai kapan moncong kita mencibir langit...?
Lantas untuk sampai kapan kita mendustai fitrah kita sebagai hamba mulia kreasi sempurna sang Maha Indah...?
Lantas...
Apakah kita sudah menyiapkan jawaban padaNYA...ketika kita kelak berbaris menunggu titahNYA...masuk sorga atau neraka..."Kenapa engkau dulu enggan melaksanakan perintahKU...?

Saudaraku...
Kita dapat memilih untuk dipalingkanNYA kelak atau merasakan Indahnya memandang wajahNYA...di surga bersama orang-orang tercinta dan mencintai kita...dan semakin kita menyadari dimana posisi jiwa kita sekarang...semakin harap dan rindu merasakan ketenangan...kedamaian...dan keharmonian...dan kita dapat melakukannya sekarang...dan kita dapat memulai dengan menitahkan jiwa kita untuk merasakan dan mendengar perintahNYA.

Dan...
Saudaraku...pilihan itu sekali lagi ada pada kita...dalam jiwa kita.



Paljariati Yusral | The Great Leader is You | @PaljariatiYusra

1 komentar: