Kamis, 06 Oktober 2011

Steve Jobs, sang Fenomenal,..moga kita juga bisa..




Rest In Peace.


Steve Jobs. Hari ini Kamis 6 Oktober 2011 pendiri Apple yang fenomenal dan terkenal visioner itu meninggal dunia. Dunia kehilangan salah satu tokoh penting kewirausahaan sekaligus tonggak digitalnya.

Kepiawaiannya dalam mencipta terobosan teknologi terdepan menjadikannya sebuah contoh sukses gabungan inovator dan technopreneur yang mungkin terbesar abad ini. Dimulai dari Apple yang menjadi barometer di mainframe, Mac yang menjadi platform sistem operasi tercantik dengan interfaceternyaman hingga saat ini, sampai rangkaian smartgadget beserta kontennya yang mengubah peta komunikasi digital dunia : iPhone, iPad, dan iTunes. Semua terobosan dan kesuksesan Apple ini tidak dapat dipisahkan dari kreativitas dan inovasi sang co-founder : Steve Jobs.

Namun, justru melihat besutan Steve Jobs yang luar biasa atas kemajuan Apple, maka satu pertanyaan menggayut di benak saya :

“Akankah Apple kelak akan tetap menjadi yang terdepan sepeninggal Steve Jobs ?”


Bagi para wirausahawan penganut jalur kekuatan orisinalitas dan kreativitas, Steve Jobs dan Apple-nya adalah sebuah teladan sukses strategi differensiasi yang bersumber dari ide kreatif orisinil. Jobs membuka jalan untuk bermunculannya para inovator sukses lainnya : Facebook, Google, Amazon, Twitter, dan masih banyak lagi. Kekuatan kreativitas dan inovasinya tak tertandingi. Bahkan setelah memecat Steve Jobs dari posisi CEO pada tahun 1985, Apple terpaksa kembali meminta pendirinya untuk memegang tampuk kepemimpinan di tahun 1997 ketika merugi sebesar USD 1,8 Milyar. Terbukti, hanya Steve Jobs yang mampu membangkitkan Apple dari keterpurukan dan bahkan kemudian membawa perusahaan tersebut menjadi yang terdepan di industri smartgadget.

Namun kini… Steve Jobs tidak akan pernah bisa kembali lagi.

Meskipun Tim Cook yang mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan Apple sudah cukup lama memimpin operasional Apple sebagai COO dan menjadi tangan kanan Steve Jobs selama beberapa tahun terakhir, namun harus diakui peran Steve Jobs masih sangat dominan. Mundurnya peluncuran iPhone 5 yang justru digantikan dengan peluncuran iPhone 4S di luar jadual, hanya 1 hari menjelang wafatnya Steve Jobs, boleh jadi adalah sebuah bentuk antisipasi atas reaksi pasar pasca kepergian sang inovator.
Di sisi lain, sebaliknya dengan Apple, sang nomor dua yang membayangi pangsa pasar smartgadget secara ketat, Samsung, justru terlihat sudah begitu mapan dijalankan oleh sistem. Tidak terlihat ketergantungan pada dominasi tunggal seorang tokoh tertentu. Sepeninggal sang pendiri Lee-Byung Chull, Samsung justru semakin meraja lela.

Tanpa tokoh fenomenal, Galaxy series sejak beberapa waktu terakhir sudah membuat Apple kebakaran jenggot hingga mengajukan tuntutan kepada Samsung atas peniruan paten desain produk ke pengadilan di 10 negara dari AS hingga Jerman. Tuntutan ini berujung pada pelarangan penjualan produk Galaxy series di sejumlah negara. Detik ketika Steve Jobs menghembuskan nafasnya, Samsung tengah melakukan serangan balik secara agresif dengan menuntut balik Apple atas penggunaan paten teknologi wirelessnya. Sebuah pertarungan bisnis yang menarik, apalagi mengingat Samsung bukan sekedar pesaing, melainkan juga pemasok utama Apple untuk komponen-komponen iPhone dan iPad.

Begitulah, Apple yang terdepan di satu sisi baru saja ditinggalkan pendirinya. Samsung sang nomor dua di sisi lain, telah lama ditinggalkan pendirinya dan terbukti berhasil melesat dengan kekuatan tim dan sistem yang solid.

Pelajaran penting bagi kita para pebisnis Indonesia : menjadi inovator dan memenangkan pasar adalah satu hal, namun membangun tim dan sistem agar bisnis bisa berjalan tanpa kita adalah hal yang lain.

Steve Jobs, dengan segala hormat atas semua prestasi, visi, dan inovasinya adalah entrepreneur papan atas dunia yang sangat fenomenal dan tercatat dalam sejarah peradaban digital dengan tinta emas. Namun, belum diketahui, apakah beliau adalah juga orang tua yang mampu melepaskan anaknya - Apple - untuk sukses secara mandiri tanpa bimbingan dan pengarahan beliau di kancah pertarungan pasar yang semakin sengit.

Samsung, sebaliknya, telah mandiri sejak lama. Sang pendiri telah lama meninggalkan perusahaan tersebut sebelum era keemasannya. Spin offkonglomerasi Samsung pada generasi kedua keluarga pendiri perusahaan menghasilkan 4 kelompok korporasi raksasa yang masing-masing menjadi yang pemimpin pasar di bidangnya. Sistem telah berjalan, meskipun sang pendiri dan anak-anaknya justru tidak lagi dominan dan bahkan jarang dikenal orang.

Kita sebagai entrepreneur, mana yang kita pilih : bisnis melesat dengan kepemimpinan kita, atau bisnis bisa sukses meskipun tanpa kita ? Tidak ada yang salah dan yang benar. Semua terpulang dari misi awal pendirian bisnis kita.

Begitu juga dengan Apple. Kita lihat saja 5 tahun yang akan datang. Sepeninggal Steve Jobs, masihkah Apple akan tetap menjadi yang terdepan ? Atau akankah kita harus mengucapkan :

“Selamat Jalan Steve Jobs… Selamat Melenggang Samsung…”

Wallahu’alam. Kita tunggu saja.

Salam Kaya Dari Rumah.




Lyra Puspa
Founder PILLAR | Business Accelerator

Tidak ada komentar:

Posting Komentar